MISTERI GUNUNG SALAK DAN KEINDAHANNYA

Gunung Salak merupakan salah satu dari sekian gunung yang kerap jadi buah bibir para pendaki karena kesan angker dan seramnya. Padahal gunung yang berada di antara Bogor dan Sukabumi ini tak kalah cantik serta memiliki destinasi wisata lain yang juga mempesona.
Tidak hanya menyimpan banyak kisah saja, rupanya penamaan Gunung Salak sendiri pun kerap dipertanyakan. Lalu, bagaimana sebenarnya asal usul nama gunung setinggi 2.211 mdpl ini.
Dihimpun dari berbagai sumber, banyak kisah yang menjelaskan penamaan Gunung Salak. Mulai dari mitos yang beredar hingga sejarah berdirinya kerajaan pada zaman dahulu.
Ada yang mengatakan jika Gunung Salak berasal dari kata Siloka dan Salaka. Siloka sendiri memiliki arti simbol atau sandi, sementara Salaka artinya asal usul.Maka dari itu, masyarakat adat yang tinggal di Desa Giri Jaya pun menganggap Gunung Salak merupakan kawasan yang penting, karena menjadi asal usul daerah dan kehidupan tersimpan.
Ya, Gunung Salak menyimpan banyak misteri kehidupan dan bagi siapa saja yang dapat menemukan atau mengerti rahasia di dalamnya akan menjadi manusia arif.
Sementara, mitos lain menyatakan jika dahulu pernah ada yang menemukan buah salak dalam ukuran yang tidak biasa. Maka sejak saat itu lah, gunung berapi ini dinamakan Gunung Salak.
Ada juga versi lain yang menyebutkan di abad keempat dan kelima Masehi berdiri sebuah Kerajaan Hindu bernama Salakanagara. Sejak saat itu, nama kerajaan yang berdiri di lereng Gunung Salak itu akhirnya diabadikan menjadi nama gunung.
Namun, ada sumber lain mengatakan jika nama salak diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti perak. Maka secara tak langsung Gunung Salak memiliki arti Gunung Perak.
Terlepas berbagai peristiwa yang hingga kini masih misterius itu, Gunung Salak yang terletak di perbatasan Sukabumi dan Bogor ini masih memiliki pesona dengan banyaknya air terjun alami yang seolah mengelilingi gunung ini
Terdapat Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet, Curug Pangeran, Curug Nangka, Curug Luhur, dan lainnya.
Selain itu sebagai gunung api strato tipe A, Gunung Salak memiliki sebuah kawah dengan luas yang cukup besar bernama Kawah Ratu. Deru suara uap, asap yang terus mengepul, bau belerang yang menyengat, dan pepohonan yang mengering menandakan kawah yang berada di pinggang Gunung Salak ini masih aktif.
Untuk menegaskan hal itu, beberapa papan dipasang oleh petugas Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sebagai peringatan kepada pengunjung akan bahaya menghirup gas yang dikeluarkan karena dapat menyebabkan kematian
Meski demikian, puluhan hingga ratusan orang setiap harinya mengunjungi kawah yang berada di ketinggian 1.437 mdpl ini. Sekadar untuk menikmati keindahan pemandangan dan aktifitas geologi di Kawah Ratu, atau melintasi kawah ini saat mendaki ke Puncak Salak. Bahkan, pada hari-hari tertentu seperti akhir pekan, beberapa pengunjung ada yang nekat mendirikan tenda dengan jarak sekitar 100 meter dari area kawah.
Untuk sampai area Kawah Ratu yang masih berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, pengunjung dapat beristirahat dengan mendirikan tenda atau menyewa penginapan di Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor sebelum memulai pendakian melalui Gerbang Gunung Bunder atau naik melalui gerbang di Desa Pasir Reungit.Dengan jarak sekitar 5 km Gunung Bunder menuju Kawah Ratu dapat ditempuh sekitar 3 jam bagi yang terbiasa mendaki. Sedangkan jika melalui Pasir Reungit dengan jarak sekitar 3,6 km, Kawah Ratu dapat ditempuh sekitar 2 jam.
Sementara jika melalui Sukabumi, jalur pendakian dapat dimulai dari Bumi Perkemahan Cangkuang, Cidahu dengan jarak sekitar 4,5 km.Puncak Salak I dengan ketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut (m.dpl) lebih rendah dibanding tetangganya Gunung Gede (2.958 m.dpl) atau Gunung Pangrango (3.019 m.dpl), namun Gunung Salak dikenal sebagai gunung yang memiliki karakter jalur lebih terjal dengan pepohonan yang rapat.
Hutan lebat yang menutupi tubuh gunung membuat kontur tidak mudah terlihat. Jalur yang terjal dengan dipenuhi bebatuan membuat jalur menuju Kawah Ratu sulit dilalui terutama jika hujan turun. Medan yang cukup sulit ini justru membuat Gunung Salak kerap menjadi lokasi pelatihan dan pendidikan kelompok-kelompok pecinta alam. Semua kesulitan dan cerita mengenai gunung yang namanya berasal dari kata Salaka atau perak dalam bahasa Sanskerta ini tak terasa begitu menapaki jalur pendakian. Melalui gerbang Pasir Reungit, sepanjang jalur pendakian, pengunjung akan disuguhi hijaunya pepohonan, beningnya Sungai Cikuluwung dan suara kawanan burung penghuni Gunung Salak.
Setelah perjalanan sekitar satu jam lebih, aroma belereng mulai tercium. Bau belereng yang semakin menyengat menandakan pengunjung harus mulai menggunakan masker karena akan tiba di Kawah Mati I dan Kawah Mati II, sebelum akhirnya tiba di Kawah Ratu sekitar setengah jam kemudian. Sesampainya di Kawah Ratu, rasa lelah melewati jalanan terjal yang terkadang licin terbayar tuntas. Namun gas berbahaya yang dihasilkan membuat pengunjung tak dapat berlama-lama menikmati fenomena alam yang menakjubkan ini.
Dari Kawah Ratu, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menuju Puncak Salak I dengan waktu tempuh sekitar 3 jam, dan kembali ke Gunung Bunder atau ke Cidahu, Sukabumi. Apapun pilihannya, pendaki harus selalu mengingat perjalanannya bukan untuk menaklukkan alam, tetapi menikmati dan mensyukuri karunia-Nya.
Komentar
Posting Komentar